Minggu, 31 Januari 2016

Empat Keunikan Orang Jepang



Jepang menjadi salah satu negara destinasi wisata yang kerap menjadi tujuan pelancong.
Ada beberapa faktor yang membuat Jepang memiliki daya tarik bagi turis asing. Misalnya, kebersihan kota, kesopanan warganya, makanannya yang umumnya sehat, dan keunikan dandanan kaum muda.
Selain itu, alam Jepang yang berbalut salju, juga menjadi daya tarik bagi turis. Tak ketinggalan, banyak lokasi permainan untuk anak-anak.
Soal kesopanan, warga Jepang bisa diacungi jempol. Bila Anda menggunakan eskalator saat menuju stasiun kereta di Tokyo, maka warga Tokyo antre. Berdiri rapi di sisi eskalator. Sementara, sisi kanan eskalator kosong.
Bahkan saat berada di tengah keramaian pun, sikap tertib ini tampak di antara warga Tokyo, misalnya saat hendak menyeberang di kawasan sibuk di sekitar Ginza.
Berikut empat hal unik dan mengesankan saat berwisata ke Jepang:

1. Sopan
Bila Anda naik kereta api seperti commuter line di Jakarta, maka Anda akan menyaksikan penumpang mengenakan masker. Hal ini dilakukan oleh penumpang yang sedang sakit, seperti flu, untuk mencegah penularan ke orang lain.
Kesopanan juga akan Anda rasakan ketika memasuki pusat perbelanjaan. Pramuniaga akan menyapa pengunjung. Misalnya, ketika memasuki toko Uniqlo, seorang pelayan langsung menyapa: “selamat datang di Uniqlooo!”
Pramuniaga akan mengucapkan hal itu cukup sering, dan setiap pramuniaga akan tundak menyambut Anda. Selain itu, kasir akan meminta maaf sebelum meminta uang.
“Saya mendapatkan rasa hormat. Tapi, itu membingungkan, apakah saya harus membalas? Di Jepang, staf toko dan pelayan bahkan menunduk dan berjalan mundur di depan pelangga. Apakah ini hormat yang tulus?” ujar seorang turis asal Australia, Alice Williams.
2. Budaya malu

Budaya malu melekat bagi warga Jepang. Barangkali hal ini sedikit aneh bagi orang yang berasal dari negara lain. Alice menganggap budaya malu itu sangat berbeda dengan budaya bersalah di antara penduduk di negara Barat.
Dalam budaya bersalah, menurutnya, manusia mengatur diri berdasarkan tanggung jawab pribadi dan takut dihukum. Di Jepang sebaliknya.
Kesejahteraan kelompok lebih utama dibanding kesejahteraan individu. Jadi, tatanan sosial masih bertahan melalui pengucilan dari kelompok, atau ketidaksetujuan kelompok atas sesuatu.
Jepang juga memiliki monokultur, sehingga umumnya ekspresi mereka seragam, baik dalam berpakaian, perilaku.
Sangat sedikit imigran yang mask ke Jepang. Pada tahun 2914, misalnya, Jepang hanya menerima 11 pencari suaka.
3. Kepercayaan
Tingkat kepercayaan di antara warga Jepang cukup tinggi. Buktinya, Anda bisa menyaksikan sepeda berjejer rapi di luar gedung kantor dan rumah tanpa dikunci.
Barangkali, bila di Jakarta atau kota lain, sepeda itu sudah habis disikat para maling. Keunikan lain, Anda bisa menyaksikan persembahan berupa bir dan sake dalam jumlah besar di kuil.
Bir dan sake itu pun tak hilang, sekalipun tidak ada orang yang menjaganya. Jadi, bisa dibayangkan bahwa begitu amannya situasi di Jepang.
4. Tidak sopan
Di Jepang, mengungkapkan kata “tidak” dianggap tidak sopan. Coba saja bila Anda ingin meminjam sesuatu ke petugas hotel.
Alice mencoba meminjam payung ke petugas hotel tempat dia menginap. Reaksi petugas hotel adalah tersenyum dan meminjamkan dua payung.
“ Saya pikir mereka memberi kami payung mereka. Mereka lebih suka mengorbankan keperluan mereka sendiri, seperti mengabaikan waktu istirahat merokok, kerena memilih membantu orang lain.
source: bisnis.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar