Selasa, 28 Oktober 2014

Bergaul Lewat Twitter, Wujud Eksistensi Dunia Maya

ANAK muda dan media sosial seolah tidak dapat dipisahkan. Satu di antaranya Twitter. Bahkan, media sosial ini menjadi lambang eksistensi mereka di lingkungan pergaulan.

"Saya mau kelihatan gaul, makanya membuat akun Twitter," ungkap Friska Imelda, siswa SMA Negeri 6 Tangerang

Pemuda 17 tahun itu ingin mengikuti apa yang menjadi tren di kalangan temannya. Friska pun tidak mau kalah eksis dan ketinggalan informasi. "Nanti kalau saya tidak punya Twitter padahal semua teman saya punya, tidak seru," beber pemilik akun @FrizkaImelda itu.

Akun tersebut dibuat sejak 2010. Dia pun menggunakan jejaring sosial itu untuk menceritakan segala hal yang sedang dilakukan ke teman atau followers (pengikut akun)-nya. Dia juga sering nge-tweet (membuat status atau disebut juga berkicau) kalimat bijaksana.

"Kadang, kalau tidak me-Retweet (mengulang tweet) dari akun yang menuliskan quote (kutipan), saya membuat quote sendiri," ungkap dia.

Namun, Friska tidak sembarangan memilih akun yang akan diikuti. Dia hanya menjadi tweep (pengikut atau followers) akun teman yang dikenal, akun jual beli sepatu online, dan beberapa akun artis terkenal. Di antaranya, penyanyi solo Raisa. "Saya follow akun Raisa karena orangnya cantik," kata dia tersipu.

Twitter merupakan jejaring sosial yang dibuat 2006. Dikutip dari situs Wikipedia, ada 500 juta pengguna yang terdaftar di Twitter hingga Januari 2013. Sebanyak 200 juta di antaranya pengguna aktif.

Raisha Naritya Ghaisani, juga merupakan pengguna aktif. Dara berambut panjang itu sudah memiliki akun Twitter sejak 2009. Akun jejaring sosial ini dibuat sebagai sarana menghibur diri. "Di Twitter, saya bisa berkomunikasi dengan teman-teman," ujar dara yang akrab disapa Tya itu.

Dari Twitter, dia juga bisa mendapatkan hal-hal lucu yang menghibur di tengah aktivitas belajarnya. Dara 16 tahun itu pun jarang membuat status yang merupakan ungkapan peresaan. "Lebih banyak berbalas mention teman-teman," aku pemilik akun @naritya itu.

Siswi SMA Negeri 6 Tangerang ini melihat Twitter sebagai jejaring sosial yang lebih privat. Dia bisa sesuka hati memilih akun yang akan diikuti tanpa harus meminta persetujuan dari pemilik akun. Namun, dia menghindari menjadi followers akun teman yang sering update status yang isinya tumpahan perasaan.

Dia memilih akun yang lebih informatif. Tya sendiri, sudah memiliki 1.082 followers. "Saya juga tidak tahu bagaimana bisa punya followers sebanyak itu," kata dia heran.

Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Semarang (USM) Edi Nurwahyu Julianto mengatakan, fenomena komunikasi anak muda melalui media sosial sebagai sesuatu yang wajar. Mengingat, karakter pemuda yang ingin selalu up to date dalam berbagai hal.

Termasuk, informasi dan teknologi. "Sehingga, memiliki Facebook, Twitter, Instagram dan jejaring sosial lain adalah bagian up to date yang mereka lakukan," ujar dia.

Namun, pria yang juga berprofesi sebagai Programming Officer di sebuah stasiun televisi itu melihat sisi positif dan negatif yang ditimbulkan. Di antaranya, pengguna media sosial dituntut paham menggunakan Twitter dan mengasah kreatifitas pemilik akun menyampaikan pesan. Pasalnya, pengguna hanya bisa menulis 140 karakter saat membuat status.

"Sementara dampak negatif yang bisa ditimbulkan, seseorang bisa berubah menjadi pemalas dan membudayakan cara instan dalam menjalin hubungan. Mereka menganggap komunikasi tidak harus bertatap muka karena sudah terwakili media sosial," kata Edi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar